SILUMANEWS.COM – Ibarat kotak pandora, dalam last minute sejumlah Parpol Parlemen (Gerindra, Golkar, Demokrat dan Nasdem) bergabung mengusung Sadewo-Lintarti. Sementara dari non parleman (Gelora, Partai Ummat, Perindo,) tergabung bersatu dengan PDIP, PKB, PKS, PAN dan PPP yang sejak awal mengusung Sadewo-Lintari. Ternyata Parpol Parlemen ini dipertanyakan eksistensi ontologisnya, bukan hanya soal kesepapahaman bersama.
Selanjutnya, apa yang terjadi dengan keempat Parpol Parleman? sehingga balik haluan ikut mengusung Sadewo-Lintarti. Mesin Pilkada atau alat politik ini nasibnya termasuk sial. Sejak mas Sadewo mencari jodoh dan belum menemukan jodohnya, Parpol-Parpol ini sudah melaksanakan pesta perkawinan tanpa pengantin, bagaimana dapat membangun hubungan yang lebih erat.
Singkatnya, dan syukurlah, Parpol-Parpol ini membubarkan diri dan bergabung mengusung Sadewo-Lintarti, selain tidak punya calon, dan kalaupun punya calon sulit menang Pilkada.
“Fenomena ini saya amati sejak mereka Deklarasi. Pada saat itu saya tidak temukan ketua-ketua Parpol menyampaikan pidato politik. Logika yang dipakai kira-kira adalah bahwa PDI-P sudah berkuasa sepuluh tahun lalu, kini harus ambil alih kekuasaan itu, lantas mengapa sekarang ikut mengusung?,”
Jadi, menurut logika mereka, bergabung dan mengusung Sadewo-Lintarti adalah demokratis, legitimate dan mencerminkan dukungan rakyat (konstituen) mereka bersama melawan Kotak Kosong dalam Pilkada adalah pilihan politik. Bagaimana menjelaskan fenomena Kotak Kosong : LSM, Ormas dan atau Perpol yang belum mendapatkan kepercayaan rakyat untuk duduk di Parleman membuat Polling memilih siapa?
Sungguh tidak jelas gugatan mereka kepada Kotak Kosong itu: apakah institusional ataukah personal. Apanya yang salah dengan melawan Kotak Kosong. Siapa yang menyuruh membentuk “Koalisi Gemuk”. Kenapa Koalisi KIM-Plus tidak terwujud di Banyumas jika dikatakan melawan Kotak Kosong adalah sebuah kemunduran demokrasi di Banyumas juga tidak benar, karena menghadapi pilihan yang tidak ideal bukanlah pengkondisian, melainkan Parpol-Parpol itu sendiri yang mengkondisikan Parpolnya masing-masing untuk memutuskan berkoalisi mengusung Sadewo-Lintarti.
Mengapa Kotak Kosong Muncul di Banyumas.
Berikut ini mengulas kotak kosong dalam pengertian yang sebenarnya, ulasan ini hanyalah merupakan bacaan yang telah tersebar di Medsos yang untuk sebagaian kecil saya tulis atas keterpanggilan moral atau kewajiban sebagai warga Banyumas dengan mengambil even Pilkada sebagai latar atau ilustrasi, inilah sebenarnya yang ingin saya jelaskan.
Sebagai orang berdarah politisi, tentu mempunyai bias, subyektivitas atau objektivitas tersendiri terhadap multi-partai. Demikian pula masalah yang disuguhkan termasuk kotak kosong.
Penulis termasuk orang yang relative bebas tanpa mau ditekan. Karenanya, sebagaimana bisa dibaca, tulisan-tulisan saya terkadang juga bisa memerahkan telinga para pimpinan Parpol. Pilihan kata yang seringkali “nakal” merupakan isyarat tambahan tentang otonomi relative ketika berbicara tentang Parpol di Banyumas.
Kesepahaman bersama berati partai yang bergabung mengusung Sadewo- Lintari sudah menyesuaikan diri dalam suatu kondisi yang juga sesuai dengan preferensi konstituen dengan merasa cocok dengan pasion yang dosodorkan (peserta pemilihan). Tanpa kesepahaman bersama seperti yang dimaksud di atas, maka hanya akan menimbulkan kesemuan.
Termasuk logika berpikir. Dulu berdeklarasi koalisi entalah apa namanya, sekarang membuat kita mengangguk-angguk, koalisi adalah simbol dari demokrasi untuk kesatuan. Akhimya, semua dibuat seragam. Bila tidak, berarti tidak ada persatuan dan kesatuan.
Bubarnya koalisi yang satu itu, karena jelas-jelas tidak punya figur yang menjual. Disamping ongkos politiknya besar, nol nyali dan percuma melawan Paslon Sadewo-Lintarti.
Dalam melihat sebuah gambar yang sama misalnya, orang bisa berbeda interpretasi. Tentu tidak ada yang salah dan benar. Orang yang arif akan bilang, saya bisa menghargai pandangan anda dan anda menghargai pandangan saya.
Jadi akan kesadaran adanya perbedaan persepsi. Bergabungnya sejumlah Parpol Parlemen ke Sadewo-Lintarti mestinya disyukuri, karena kita bisa menjelaskan apa yang kita lihat. Orang lain juga bisa membantu kita menjelaskan apa yang dia lihat. Ada proses interaksi untuk penajaman pandangan bahwa sesungguhnya yang memunculkan kotak kosong adalah “Parpol yang <lulu pernah mereka deklarasi”, itulah jawaban sebenanrya.
Kata orang bijak bergabung adalah kawan berpikir dan kesepahaman, Anda tidak akan memperoleh apa-apa bila Anda berdebat dengan sesorang yang setuju dengan pandangan anda. John.F .Kennedy agaknya berlebihan memandang kekuatan heterogenitas itu, tetapi bahwa heterogenitas membuat orang bertambah maju, memang bukan lagi sekedar hipotes.
Bergabung bersama mengusung Sadewo-Lintarti adalah sebangun. Deklarasi <lulu bukan sebuah bentuk koalisi. Itu sikap tidak jelas, dan cenderung tiba di mulut dimuntahkan, tiba di perut dikempiskan” Deklarasi itu hanyalah sebuah panggung politik kosong yang tidak bisa maju. Jika memang yang menjadi terdakwa adalah deklarasinya, bukan Parpolnya yang berpindah haluan mengusung Sadewo-Lintarti.
Propaganga Kosong.
Orang-orang serukan serta kempanye memilih Kotak Kosong. Mereka tidak mengecap hak hidup secara terhormat, dan oleh karenanya tidak patut juga mendapatkan pengakuan, mereka tempulah jalan menukar logika pikiran dengan logika kekuatan yang mengawang-ngawang, yaitu melalui sebaran Polling di Medsos secara terpaksa.
Sesungguhnya demokrasi Pilkada Paslon tunggal melawan Kotak Kosong, kampanye memilih kotak kosong tidak dapat tercapai dengan jalan melakukan propaganda kosong; propaganda kosong bukanlah pendidikan demokrasi dan pilihan politik yang baik, maka proganda kosong tidak akan pemah ada faedahnya.
Tetapi yang penting adalah bagaimana parpol parleman yang kini ikut mengusung Sadewo• Lintari tidak sekedar formalitas dan menghitung jumlah di atas kerta dan hanya sekedar kulit, mereka ikut menentukan kemenangan Paslon tunggal itu. Maka kini tugas segenap Pimpinan Parpol yang telah bergabung mengusung Sadewo-Lintarti adalah bicara dan menjadi humas. Hai, kader-kader Parpol dan seluruh anggotanya pengusung Sadewo-Lintarti. Menangkanlah Pasion Tunggal! jangan bengong kayak orang non-parpol!
Oleh: Suradi Al Karim
Penulis: Penasihat MD KAHMI Banyumas, Panasihat DPC Peradi Purwokerto dan
Fungsionaris LBH AP PDM Kab. Banyumas.