Menu

Mode Gelap
LSM Trinusa Desak KPK Segera Umumkan Tersangka Korupsi Cakada Bekasi Semua Bisa Umroh Jalin Kolaborasi Untuk Baitullah Dengan Lembaga Amil Zakat Serap Aspirasi Masyarakat Hj. Nur Azizah Tamhid Gelar Diskusi Publik Hubungan Pusat Dan Daerah Camat Purwokerto Timur Targetkan Imunisasi 95 Persen Antisipasi KLB Polio cVDPV2 Solidaritas Seribu Pemuda Kota Bekasi Akan Hadiri Orasi Politik Caleg Afrizal dan Romi Bareno

Ekonomi · 14 Des 2022 17:09 WIB ·

Drh. Slamet: Food Estate Terindikasi Gagal dan Berpotensi Lemahkan Ketahanan Pangan Nasional


 Drh. Slamet: Food Estate Terindikasi Gagal dan Berpotensi Lemahkan Ketahanan Pangan Nasional Perbesar

SILUMANEWS.COM – JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI drh Slamet, mempertanyakan keputusan pemerintah yang tetap keukeuh melanjutkan program Food Estate di tengah banyaknya kritik terkait keberhasilan program tersebut.

Menurutnya, dari beberapa hasil kunjungan spesifik Komisi IV DPR RI di beberapa lokus kegiatan food estate menunjukkan besarnya indikasi kegagalan program tersebut. Selain itu beberapa rilis dari beberapa media serta NGO terkemuka menunjukan kegagalan program food estate di Kalimantan dan beberapa tempat lainnya.

“Kami sudah meminta sejak tahun lalu agar proyek Food Estate ini ditinjau kembali oleh pemerintah sebab di lapangan banyak sekali permasalahan yang ditemukan,” ungkap Slamet di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

Politisi asal Dapil Sukabumi Raya ini menjelaskan bahwa temuan kelangkaan beras saat ini turut membuktikan bahwa program Food Estate beras memang terindikasi gagal.

“Ada problem soal beras. Ini artinya food estate tidak berhasil menambah produksi beras. Gagal menyuplai beras saat kondisi kelangkaan terjadi sehingga mendorong pemerintah melakukan importasi beras tahun ini,” tambahnya.

Rencana impor beras ini terungkap saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Perum Bulog beberapa waktu lalu. Bulog berencana melalukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan Cadangan Beras pemerintah (CBP) yang kian menipis.

Selain gagal menyumbang pasokan beras saat kondisi kritis, Food Estate beras juga berpotensi mempercepat beras-isasi pada wilayah-wilayah yang masyarakatnya tidak mengkonsumsi beras sebagai pangan utama seperti di Papua.

“Saya mengutip dari temuan Kompas bahwa beberapa desa di Papua telah mengkonsumsi beras 100 persen untuk kebutuhan pangan mereka padahal makanan utamanya adalah sagu.”

“Peralihan pola makan dari sagu menjadi beras ini justru akan mengancam ketahanan pangan warga lokal. Dengan beras yang belum bisa diproduksi secara mandiri di Papua maka ancaman akan ketahanan pangan di sana akan semakin tinggi,” ungkap Slamet.

Sebelumnya Harian Kompas merilis hasil riset yang menunjukkan bahwa beberapa desa di Merauke sudah mengkonsumsi beras 100 persen sedangkan bahan makanan pokok utama mereka sagu sudah mulai ditinggalkan berganti dengan beras dan mie instan.

Slamet menilai fenomena tersebut adalah akibat kegagalan proyek Merauke Integrated Food and Energy (MIFEE). Namun pemerintah bersikukuh melanjutkan program ini melalui Perpres 108 tahun 2022 yang tetap menjadikan Merauke sebagai salah satu lokasi Food Estate untuk beras.

“Food Estate ini akan semakin mengakselerasi perubahan pola makan masyarakat papua,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Komentar ditutup.

Baca Lainnya

PKS Ingatkan Pemerintahan Prabowo Rendahnya Pendapatan Jadi Tantangan Kinerja APBN 2024

16 November 2024 - 09:22 WIB

Aktivis Anti Korupsi Bekasi yakin Tri Adhianto Akan Diproses, Hanya Tunggu Waktu

11 November 2024 - 11:48 WIB

Pendapatan Pajak Anjlok, Legislator PKS Desak Pemerintah Rem Belanja Tidak Produktif

5 November 2024 - 14:54 WIB

Politisi PKS Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Pemerintahan Baru Perlu Direview

17 Oktober 2024 - 13:20 WIB

Pertamina Patra Niaga Turunkan Harga Pertamax Series dan Dex Series Per 1 Oktober 2024

1 Oktober 2024 - 11:35 WIB

LSM Trinusa Desak KPK Segera Umumkan Tersangka Korupsi Cakada Bekasi

21 September 2024 - 08:47 WIB

Trending di Hukum & Kriminalitas