Menu

Mode Gelap
LSM Trinusa Desak KPK Segera Umumkan Tersangka Korupsi Cakada Bekasi Semua Bisa Umroh Jalin Kolaborasi Untuk Baitullah Dengan Lembaga Amil Zakat Serap Aspirasi Masyarakat Hj. Nur Azizah Tamhid Gelar Diskusi Publik Hubungan Pusat Dan Daerah Camat Purwokerto Timur Targetkan Imunisasi 95 Persen Antisipasi KLB Polio cVDPV2 Solidaritas Seribu Pemuda Kota Bekasi Akan Hadiri Orasi Politik Caleg Afrizal dan Romi Bareno

Ekonomi · 18 Agu 2022 17:05 WIB ·

PKS: Sabet Perhargaan Swasembada Beras Petaninya Terpuruk


 PKS: Sabet Perhargaan Swasembada Beras Petaninya Terpuruk Perbesar

SILUMANEWS.COM – JAKARTA- Dalam pidato kenegaraan sidang tahunan MPR RI dan DPR RI dalam rangka HUT ke-77 RI, Presiden Jokowi menyinggung soal prestasi tidak impor beras konsumsi dalam tiga tahun terakhir sehingga mendapat penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) atas keberhasilan sistem ketahanan pangan Indonesia dalam hal swasembada beras.

Anggota Komisi IV DPR RI asal FPKS, drh. Slamet mengatakan bahwa sebenarnya pemerintah tidak benar-benar tanpa impor karena berdasarkan data BPS dalam tiga tahun terakhir sejak 2019 ada impor sekitar 400 ribu ton atau senilai 2,5 triliun rupiah per tahun.

Selanjutnya, Slamet menegaskan bahwa kondisi ini justru membuat khawatir karena dalam posisi 3 tahun tanpa impor tetapi kesejahteraan petani beras justru terpuruk, “Ini aneh dan mengkhawatirkan,”. Pertanyaan yang wajar muncul adalah “Bagaimana nanti bila ada impor? dalam keadaan tanpa impor saja petani beras terpuruk, kok bisa?” katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) Umum pada akhir tahun 2021 berada pada angka 104,64 mengalami kenaikan signifikan sejak tahun 2019 (100,5) dan tahun 2020 (101,68). Namun jika kita bedah angka NTP 104,64 itu yang menjadi kontributor terbesar adalah NTP Perkebunan sebesar 120,97, sedangkan NTP Pangan (beras) menjadi kontributor terendah yaitu 98,21.

“Selain itu jika kita cermati NTP Umum inipun pernah kita capai di angka 105,24 di tahun 2012, namun setelah itu turun hingga 100,5 di tahun 2019 dan naik lagi tertinggi di tahun 2021 sebesar 104,64,” ujarnya di Jakarta (18/8/2022)

Ini artinya kesejahteraan petani yang di representasikan melalui nilai NTP tidak dapat dipertahankan oleh pemerintah dalam kondisi terus menanjak tapi selalu berfluktuasi. Artinya kesejahteraan petani tidak menentu dari tahun ke tahun.

“Menurut saya ini ada persoalan besar yang tidak mampu diselesaikan pemerintah hingga saat ini,” ujarnya.

drh. Slamet menekankan, jika keberhasilan swasembada beras tidak diikuti dengan peningkatan signifikan NTP Pangan, maka artinya swasembada itu bukan berasal dari petani dan lahan petani yang sudah ada saat ini, tetapi bisa jadi berasal dari penurunan konsumsi beras ke bentuk lain misalnya gandum.

Diversifikasi konsumsi itu baik tapi jika diversifikasinya ke pangan yang berasal dari impor (gandum) ini bunuh diri namanya, kita akan terus tergantung pasokan dari luar. Kita berhasil swasembada beras tapi kita menuju menjadi negara pengimpor gandum. Dimana akal sehatnya? di tambah lagi saat ini gandum langka dan mahal harganya.

“Ini akan menjadi bom waktu bagi kematian Petani dan lahan pertanian Indonesia, atau dengan arti lain pemerintah ingin lepas tangan dari tugas mensejahterakan petani dan lahan yang sudah ada,” pungkasnya.(*)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Baca Lainnya

Legislator PKS: Pemerintah Perlu Waspada Tekanan Ekonomi pada Februari Belum Berakhir

18 Maret 2025 - 21:46 WIB

Berdayakan Ekonomi Keluarga, RKI Ciambar Ajak Warga Pelatihan Membuat Bolu Karamel

27 Januari 2025 - 09:14 WIB

PKS Ingatkan Pemerintahan Prabowo Rendahnya Pendapatan Jadi Tantangan Kinerja APBN 2024

16 November 2024 - 09:22 WIB

Pendapatan Pajak Anjlok, Legislator PKS Desak Pemerintah Rem Belanja Tidak Produktif

5 November 2024 - 14:54 WIB

Politisi PKS Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Pemerintahan Baru Perlu Direview

17 Oktober 2024 - 13:20 WIB

Pertamina Patra Niaga Turunkan Harga Pertamax Series dan Dex Series Per 1 Oktober 2024

1 Oktober 2024 - 11:35 WIB

Trending di Ekonomi